Minggu, 28 Agustus 2022

PANTAI UJUNG BATU DAN DESA NEPO , KAB. BARRU

Gambar 1.1 Tugu Payung Kab. Barru

Kabupaten Barru dahulu sebelum terbentuk adalah sebuah kerajaan kecil yang masing masing dipimpin oleh seorang raja, yaitu: kerajaan berru (Barru), kerajaan tanete, kerajaan Soppeng riaja dan kerajaan mallusetasi.  

Pada masa pemerintahan Belanda dibentuk pemerintahan sipil Belanda di mana wilayah kerajaan Barru, tanete dan soppeng riaja dimasukkan dalam wilayah onder afdelling barru yang bernaung di bawah afdelling Pare-pare. sebagai kepala pemerintahan onder afdelling diangkat seorang control Belanda yang berkedudukan di barru, sedangkan ketiga bekas kerajaan tersebut diberi status sebagai self bestuur (pemerintahan kerajaan sendiri) yang mempunyai hak otonom untuk menyelenggarakan pemerintahan sehari-hari baik terhadap eksekutif maupun dibidang yudikatif.

Dari sejarahnya, sebelum menjadi daerah-daerah swapraja pada permulaan kemerdekaan bangsa Indonesia, keempat wilayah swapraja ini merupakan 4 bekas self bestuur di dalam afdelling Pare-pare, yaitu:

1. Bekas self bestuur mallusetasi yang daerahnya sekarang menjadi kecamatan mallusetasi dengan ibu kota palanro, adalah penggabungan bekas-bekas kerajaan lili di bawah kekuasan kerajaan ajattapareng yang oleh Belanda diakui sebagai self bestuur, ialah kerajaan lili bojo dan lili nepo.

2. Bekas self bestuur soppeng riaja yang merupakan penggabungan 4 kerajaan lili di bawah bekas kerajaan soppeng (sekarang kabupaten soppeng) sebagai satu self bestuur, ialah bekas kerajaan lili siddo, lili kiru-kiru, lili ajakkang dan lili balusu.

3. Bekas self bestuur Barru yang sekarang menjadi kecamatan barru dengan lbu kotanya sumpang binangae yang sejak semula memang merupakan suatu bekas kerajaan kecil yang berdiri sendiri.

4. Bekas self bestuur tanete dengan pusat pemerintahannya di pancana, daerahnya sekarang menjadi 3 kecamatan, masing-masing kecamatan tanete rilau, kecamatan tanete riaja dan kecamatan pujananting 

Seiring dengan perjalanan waktu, maka pada tanggal 20 Februari 1960 merupakan tonggak sejarah yang menandai awal kelahiran kabupaten daerah tingkat II Barru dengan Ibu kota Barru, berdasarkan undang-undang nomor 229 tahun 1959 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat ii di Sulawesi selatan. kabupaten barru terbagi dalam 7 kecamatan yang memiliki 40 desa dan 14 kelurahan, berada ± 102 km di sebelah utara kota makassar, ibu kota sulawesi selatan.

Sebelum dibentuk sebagai suatu daerah otonom berdasarkan uu no. 29 tahun 1959, pada tahun 1961 daerah ini terdiri dari 4 wilayah swapraja di dalam kewedanaan barru, kabupaten parepare lama, masing-masing swapraja barru, swapraja tanete, swapraja soppeng riaja dan bekas swapraja mallusetasi.

 

Gambar 2.1 Peta Pantai Ujung Batu

Ibu kota kabupaten barru sekarang bertempat di bekas ibu kota kewedanaan barru secara geografis, kabupaten barru terletak pada 4°00' - 5°35' lintang selatan dan 199°35' - 119°49' bujur timur. wilayahnya berada di bagian barat daratan pulau sulawesi sekitar kurang lebih 102 km sebelah utara kota makassar ibu kota propinsi sulawesi selatan. kabupaten barru mempunyai ketinggian antara 0-1.700 meter di atas permukaan laut dengan bentuk permukaan sebahagian besar daerah kemiringan berbukit hingga bergunung-gunung. wilayah bertopografi perbukitan hingga pegunungan berada di sebahagian besar wilayah tengah hingga timur dan selatan yang sebagiannya juga merupakan kawasan karst. sebahagian lainnya merupakan daerah datar, landai hingga pesisir. kabupaten barru merupakan daerah pesisir pantai yang cukup panjang. garis pantai mencapai 87 km sehingga merupakan kabupaten dengan pesisir pantai terpanjang di sulawesi selatan. 

Di kabupaten barru terdapat 21 sungai yang tersebar di 7 kecamatan. sungai jampue di kecamatan mallusetasi merupakan sungai terpanjang di kabupaten barru dengan panjang sungai 45,55 km kemudian sungai sumpang binangae di kecamatan barru dengan panjang 44,95 km. di kabupaten barru terdapat seluas 71,79 % wilayah ( 84.340 ha) dengan tipe iklim c yakni mempunyai bulan basah berturut-turut 5-6 bulan (oktober - maret) dan bulan kering berturut-turut kurang dari 2 bulan (april - september). total hujan selama setahun di kabupaten barru sebanyak 113 hari dengan jumlah curah hujan sebesar 5.252 mm.curah hujan di kabupaten barru berdasarkan hari hujan terbanyak pada bulan desember - januari dengan jumlah curah hujan 1.335 mm dan 1.138 mm sedangkan hari hujan masing-masing 2 hari dengan jumlah curah hujan masing- masing 104 mm dan 17 mm.

Era sekarang kebiasaan masyarakat selalu menjadi hal menarik untuk dilihat bahkan dituliskan sekalipun, apalagi jika adat istiadat yang masih terjaga sampai saat ini. kabupaten barru memiliki tipe masyarakat yang majemuk dan terbuka dalam kehidupan masyarakat yang memiliki bangunan rumah panggung (rumah kayu) sangat khas juga di sulawesi selatan. sejarah memang tidak pernah terlepas dari kebiasaan masyarakat. seperti yang diketahui kabupaten barru sendiri mempunyai sisi sejarah dan kebudayaan yang sangat kuat dimulai dari sistem kerajaan sampai bentuk kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing masyarakatnya. dari berbagai kerajaan yang menyatu hingga terbentuk kabupaten barru sehingga tidak jarang kita lihat rumah yang berbentuk besar seperti dikenal dengan sebutan sao raja yang salah salah satunya ada di lapinceng kecamatan balusu.

Gambar 3.1 Pantai Ujung Batu

Pantai ujung batu merupakan salah satu destinasi wisata favorit di kabupaten barru. tak sedikit warga barru maupun warga kabupaten tetangga memilih pantai ujung batu sebagai tempat berakhir pekan. destinasi wisata pantai ini sudah sangat terkenal sebagai salah satu objek wisata favorit di barru. tepatnya pantai ujung batu ini berlokasikan di jl ladullah, kelurahan sumpang binangae, kecamatan barru, kabupaten barru, sulawesi selatan.

Akses jalan menuju pantai ujung batu pun sangat bagus dan lokasinya berada di pinggir kota barru. dari kota parepare, pantai ujung batu hanya berjarak sekitar 57 km dengan jarak tempuh 1 jam. sementara dari kota pangkep hanya berjarak sekitar 54 km dengan jarak tempuh 1 jam. pantai ujung batu memiliki daya tarik dan tampilan yang sangat eksotis. sehingga menarik banyak pengunjung untuk berwisata disini.

Destinasi ini menawarkan keindah pantai dan wisata laut yang dapat memanjakan mata pengunjung. selain menyuguhkan keindahan pantai di destinasi wisata ini, juga terdapat beberapa wahana yang cocok untuk tempat bersantai.

Wahana tersebut seperti perahu mini untuk meyusuri pantai, dan juga balon air untuk orang dewasa dan anak-anak. selain itu, juga disediakan panggung untuk acara live musik, dan gazebo untuk tempat bersantai. tak heran jika setiap akhir pekan tempat ini selalu ramai dikunjungi para penikmat wisata laut.

Tiket masuknya pun tidak menguras dompet hanya rp 5 ribu per orang. pengelola pantai ujung batu, dias mengatakan bahwa tempat wisata ini ramai pengunjung pada akhir pekan.

Gambar 4.1 Sunset Di Desa Nepo

Desa nepo merupakan salah satu desa di kecamatan mallusetasi kabupaten barru provinsi sulawesi selatan. desa nepo terletak di ujung utara kabupaten barru dan sebagian wilayahnya berbatasan langsung dengan kota parepare serta kab.sidrap dan sebelah selatan dengan kabupaten soppeng. desa nepo teletak di kawasan kab.barru sebelah utara tepatnya diseblah timur ibukota kecamatan mallusetasi. luas wilayahnya kurang lebih 23,23 ha dengan elevasi sangat tinggi dan tofografi yang berbukit dan lembah curam. hal tersebut menjadikan kawasan desa nepo memiliki pemandangan yang sangat indah terutama ke arah timur yaitu ke watang nepo dan bojo ale. jumlah penduduk desa nepo pada akhir tahun 2017 adalah sebanyak 2,893 jiwa. terdiri dari 1,476 penduduk laki-laki dan 1,417 penduduk perempuan. jumlah kepala keluarga sebanyak 798 kk. desa nepo memiliki slogan/moto: mandiri (makmur, aman disiplin dan religius).

Sejarah nepo berpedoman pada munculnya suppa dan sidenreng sebagai bagian dari jaringan perdagangan asia tenggara. awal pembentukan pemerintahan, sebagai kerajaan passijiangeng antara sidenreng, suppa dan sawitto dikutip naskah lontara nepo. pada masa pemerintahannya diperintah oleh arung patappuloe itu pada abad ke-16 raja ini terdiri dari satu rumpun keluarga sehingga pada saat itu ada acara hajatan maka kerajaan tetangganya direpotkan karena ke-40 raja tersebut sama semua kedudukannya sehingga suatu hari datu suppa mengajukan salah seorang anaknya namanya labongngo sebagai calon raja dan dengan spontan raja patappuloe setuju maka dengan demikian berakhirlah kekuasaan raja patappuloe dan diangkatlah labongngo sebagai raja nepo. labongngo menjalankan pemerintahannya sangat arif dan bijaksana sampai akhir hayatnya. namun tidak memiliki keturunan sehingga petinggi kerajaan kala itu membuat persyaratan untuk diangkat menjadi raja antara lain : harus memiliki kebangsawanan yang murni, hubungan keluarga (anak mempunyai hak tinggi daripada kemanakan).

Gambar 5.1 Tiram Bakar Khas Kab. Barru

Proses pembakaran tiram khas barru cara tradisional yang dimaksud adalah dengan membakarnya di dalam daun kelapa diatas bara api kurang lebih 10 menit. dengan teknik itu tentu membuat cangkang tiram menjadi hitam pekat menyerupai arang kayu. tapi setelah cangkangnya dibelah, terlihat tekstur kulit dalam warna putih dan daging tiram yang mampu mengundang selera makan anda. tiram bakar ini lebih nikmat dimakan saat panas dengan sambal pedas dan perasan jeruk nipis.

Tiram-tiram yang disajikannya berasal dari daerah perairan barru dan sudah melalui proses pengujian ukuran terlebih dulu. hal ini dimaksudkan agar kualitas daging dalam tiram tidak mengecewakan pelanggan yang sudah memesan sebelumnya. tiram yang dibakar pada saat ada yang pesan.

Dihidangkan langsung dari tungku perapian, karena itulah masyarakat mengalasinya dengan karung semen di atas balai-balainya.  tak usah bingung bagaimana cara membukanya karena sudah disiapkan senjata penghancur cangkang tiram yang keras, seperti batu kecil dan besi.

Gambar 6.1 Tradisi Manre Sipulung

Manre sipulung berarti makan bersama dan merupakan salah satu tradisi budaya masyarakat bugis di desa nepo, kabupaten barru, yang hingga kini masih dipertahankan setelah panen padi. materi tulisan ini diambil dari hasil penelitian lapangan yang menggunakan metode wawancara, pengamatan, dan kajian pustaka.

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan tradisi manre sipulung dan mengkaji nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. hasil pembahasan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya, tradisi manre sipulung tidak hanya dihadiri oleh warga setempat, tetapi juga dari luar desa, bahkan luar kabupaten.

Masyarakat setempat percaya bahwa keberuntungan akan datang jika tradisi manre sipulung terlaksana dengan baik, misalnya masyarakat akan mendapatkan curah hujan yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan pertanian, ketenteraman kampung terjaga, serta rezeki masyarakat lebih meningkat. sebaliknya, harapan bersama sulit tercapai jika tradisi manre sipulung tidak dilaksanakan.

Dalam pelaksanaan tradisi manre sipulung, terkandung beberapa nilai budaya yang dapat dijadikan acuan dalam hidup bermasyarakat, antara lain: nilai musyawarah, nilai solidaritas dan nilai kebersamaan.

Pada tahun 1973 desa nepo mendapat pengakuan secara hukum dari pemerintah kabupaten barru sebagai desa yang berdiri sendiri kepala desa pertama adalah h. abd. rahim (1973-1975) yang merupakan penjabat yang ditunjuk oleh pemerintah kecamatan mallusetasi pada tahun 1975-1978 telah terjadi pergantian oleh pemerintah kabupaten barru yaitu p. mamma, setelah berakhir ditunjuk lagi oleh pemerintah kabupaten barru yaitu sannong masa jabatan (1978-1982) pada periode berikutnya penggantian kepala desa yaitu a. malik daini (1982-1986).

Pada tahun 1987 pertama kalinya dilaksanakan pemilihan langsung kepala desa dengan terpilih a. malik daini (1987-1992), pada periode 1993 - 1999 yang merupakan pilkades kedua yang terpilih a. hamid razak, pada periode 2000 - 2006 yang merupaka pilkades ketiga yang terpilih hj. andi besse bau mange, pada periode 2008-2014 yang merupakan pilkades keempat yang terpilh mamma husain dan periode 2017 - 2022 dengan keberhasilan pembangunan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat petani dan pembangunan lainnya berjalan dengan baik serta dapat dirasakan oleh masyarakat desa nepo sehingga mamma husain dapat terpilih kembali untuk kedua kalinya.

 

PANTAI UJUNG BATU DAN DESA NEPO , KAB. BARRU

Gambar 1.1 Tugu Payung Kab. Barru Kabupaten Barru dahulu sebelum terbentuk adalah sebuah kerajaan kecil yang masing masing dipimpin oleh s...